Home » » Kenalilah dirimu

Kenalilah dirimu

BAGIAN I

I.1. Diri manusia dilukiskan dalam Al Fatihah dijabarkan dalam Al Qur’an

Surat Al Fatihah disebut ibu Kitab, mengapa? Karena surat tersebut mengandung seluruh isi Al Qur’an. Dari padanya terlahir 113 surat lainnya yang diakhiri oleh surat An Nas yang artinya manusia. Itu berarti bahwa seluruh isi Kitab Al Qur’an menguraikan hal ikwal mengenai keadaan diri manusia. Andai kata surat Al Fatihah itu berdiri sendiri dan tidak diurai sampai menjadi 113 surat pasti tidak seorangpun mengerti isinya karena masih dalam kesatuan yang kekal                ( padat/utuh ).

I.2. Manusia, Micro cosmos yang identik dengan Macro Cosmos.

Manusia adalah bagian dari alam semesta, tetapi manusia adalah makluk ciptaan Alloh yang paling tinggi dan paling dimulyakan.  Dia diberi akal budi ( intelek ) yang membedakan dia dari makluk-makluk yang lain. Maka mempunyai hak otonomi. Dalam hal ini manusia disebut Microcosmos yang identik dengan Macrocosmos. Jadi mempelajari apapun yang ada dijagat raya ini adalah identik dengan mengenal diri sendiri sebagai manusia.  Disebuah hadis disebutkan :

“ Bila engkau ingin mengenal Tuhanmu maka kenalilah dirimu sendiri.
 Bila engkau mencari Tuhan diluar dirimu itu adalah sungguh jalan yang sesat “

Kitab Suci yang biasa kita kenal disebut Al Qur’anul Karim dan berisikan ayat-ayat yang terang artinya, ayat-ayatnya yang berjumlah 6.666. ayat dituangkan dalam kata-kata. Aslinya dalam bahasa Arab ( yang khas ) dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang ada di dunia ini.

I.3. Manusia diciptakan secara benar dan adil

Manusia diciptakan berdasarkan peraturan yang sama, diberi perlengkapan yang sama, dibekali petunjuk yang sama, dibuka baginya kesempatan yang sama pula. Dalam hal ini Alloh tidak mebeda-bedakan, tidak pilih kasih jadi benar dan akibat dari kebenaran itu disebut adil. Tanpa kebenaran tak mungkin ada keadilan. Kebenaran dan keadilan merupakan saudara kembar yang selalu hadir bersama-sama, keduanya mengandung persamaan dan peraturan.

I.4. Firman-firman Alloh itu hidup

Kita harus percaya kepada semua kitab yang diturunkan oleh Alloh melalui beberapa Nabi / Rosul yaitu Kitab Taurot, Zabur, Injil dan Al Qur’an jika segenap manusia diibaratkan tanam-tanaman, maka semua disiram dengan air yang sama hanya saja tumbuhnya berbeda-beda. Dapat juga dimisalkan hidangan lengkap yang tersedia diatas meja, apa yang dimakan itulah rejeki yang telah dimiliki seseorang dari Tuhannya. Tegasnya sesuatunya tergantung dari sejauh mana seseorang dapat menyerap isi ayat-ayat Allohj sesuai dengan kehendakNya.

I.5. Ayat itu adalah tanda-tanda jalan kehidupan kita.

Ayat artinya tanda dan menandai sesuatu yang perlu dimengerti untuk diserap oleh jiwa dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka usaha memenuhi amanat Alloh. Sesuatunya adalah sama dengan tanda-tanda lalu lintas yang dipasang oleh kepolosian dengan maksud untuk dipatuhi supaya sampai ketempat tujuan perjalanan dengan selamat.

I.6. Qur’an, Ruh dan Telaga Nikmat.

Qu’an itu Ruh jadi firman-firman Alloh itu hidup. Kita tidak bisa hidup dari makanan jasmani saja, tetapi juga dan terutama dari firman-firman Alloh agar kita tidak sesat jalan. Ilmu Alloh itu tidak ada habis-habisnya. Hidup dapat disamakan dengan lautan tanpa tepi, membaca Al Qur’an dalam arti kata yang sebenarnya adalah bagaikan terjun, menyelam dan berenang dalam lautan tanpa tepi sambil meneguk air hidup. Al Qur’an juga dapat diibaratkan telaga nikmat ( Al Kautsat yaitu nikmat, kebaikan yang banyak ).

I.7. Intelek manusia tiada batas yang terbatas hanyalah jasmaninya

Manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi jiwalah yang menjadi inti atau sumber segala kegiatan. Intelek ( akal budi ) manusia sesungguhnya tiada batas, yang membuat keadaan tiada batas menjadi terbatas adalah jasmaninya.

I.8. Berfikir dan mengerti mebuat manusia menjadi manusia.

Sesuatu dikatakan ada karena orang berfikir. Orang dapat merasakan bahagia karena dia tahu kesenangannya. Seseorang hanya dapat memiliki sesuatu jika dia mengerti. Tanpa pengertian tidak mungkin ada kesusilaan. Hanya dengan pengertian manusia dapat menghayati keinsanannya. Pengertian adalah sesuatu yang menyentuh nilai derajat dan hakikat manusia.

I.9. Tingkatkan cara berfikir agar dapat tumbuh diatas hidup yang konvensional.

Kurang berfikir membuat seseorang tenggelam dalam kesesatan semata-mata, dan berfikir lebih mendalam dapat membuat seseorang mengalami keadaan diri sebagai makluk yang transenden ( rohani ), untuk mengatasi dunia materiil. Melalui proses refleksi ( perenungan ) yang sisitematis seseorang dapat membuka tabir-tabir realitas yang sepiritual maupun yang Ilahiah ( devine ) sifatnya. Pengertian manusia baik secara kualitas maupun kuantitasnya dapat bertambah dan meningkat. Dengan jalan demikian seseorang dapat tumbuh diatas hidup yang konvensional ini sehingga dapat mengerti kesalahan manusia dikolong langit ini.

I.10. Berusahalah menangkap yang tersirat dari ayat-ayat Alloh.

Seperti halnya manusia, Al Qur’an juga mengandung ayat-ayat muhkamat                  ( tersurat ) dan ayat mutasyahbihat ( tersirat ). Kalau pada manusia jiwalah yang menjadi inti atau sumber segala kegiatan. Maka dalam mempelajari Al Qur’an seseorang harus berusaha untuk dapat mengungkap yang tersembunyi dibalik kata-katanya.

I.11. Perbuatan adalah proses menjadikan sesuatu yang telah dikonsep.

Gerak bagi manusia adalah perbuatan, maka hidup dinyatakan sebagai mata rantai reaksi. Perbuatan adalah proses untuk menjadikan sesuatu yang telah dikonsep dalam pikiran. Kita tidak hanya sering melihat jauh kedepan, tetapi kita harus membuat rencana. Membuat rencana merupakan kewajiban dan keharusan bagi manusia.

I.12. Realitas intelek manusia sangat penting dan menentukan.

Secara fundamental manusia mempunyai banyak kebutuhan, maka juga banyak dorongan. Ada kebutuhan materiil, biologis, hewani, rasional yang dituntut oleh taraf kodratnya masing-masing. Namun manusia adalah makluk yang tertinggi berkat akal budinya ( inteleknya ). Realitas intelek adalah hal yang sangat penting dan menentukan.

I.13. Eksisitensi manusia. kesatuan dalam diversitas, diversitas dalam kesatuan

Gejala manusia sungguh sangat komplek, banyak liku-likunya. Dalam kompleksitas tersebut terdapat kesatuan. Kesatuan ini senantiasa hadir dalam momen-momen eksisitensi manusia yang membuat kompleksitas tersebut. Eksisitensi manusia dapat dikatakan kesatuan dalam diversitas dan diversitas dalam kesatuan.

I.14. Introspeksi mencegah gangguan keseimbangan.

Yang paling ideal adalah bila terdapat keseimbangan, tetapi keseimbangan itu sering kali terganggu misalnya bila tidak tepat dalam menentukan proporsi yang semestinya atau karena adanya nilai-nilai yang hierarkhinya salah letak. Terlampau banyak makan dan semua emosi tingkat rendah cenderung untuk merusak keseimbangan kearah negative dan dapat menimbulkan penyakit. Ini merupakan cara bagi badan untuk memberitahukan bahwa seseorang telah berbuat kekeliruan, maka harus berintrospeksi dan memperbaiki kekeliruan tersebut. Bagi kebanyakan orang, timbangan memberat kearah yang negative. Namun adakalanya seorang berada disisi positif sehingga dia mengalami ketegangan syaraf ( stress ). Dalam keadaan yang serius dapat mengidap sakit jiwa/mental.

I.15. Resiko tenggelam manusia.

Keadaan seimbang sangat sukar diperoleh dan lebih sukar lagi untuk memeliharanya. Kiranya dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa manusia yang masih harus memanusiakan dirinya, masih harus menyelesaikan /menyempurnakan dirinya. Jadi dapat dikatakan manusia menghadapi resiko tenggelam. Ketenggelaman misalnya dapat dialami oleh orang hidup dengan sekedar mengikuti arus saja. Dia membiarkan orang lain berfikir untuknya, dia tidak lagi otentik, tidak lagi memegang dirinya ditangan sendiri.

I.16. Kita harus mempunyai otonomi dan otensitas.

Untuk membentuk watak / kepribadian yang kuat seseorang harus berfikir yang kritis. Kepastian adalah pikiran yang ideal, memberi kepuasan dan ketenangan. Rasa takut salah dan keragu-raguan  sungguh tidak menyenangkan dan diri seperti didorong untuk melepaskan diri dari padanya. Sekedar mengulang apa yang dikatakan oleh orang lain, mengikuti saja secara membuta pendapat-pendapat yang dilontarkan dalam kelompok atau yang terdapat diantara kawan-kawannya menunjukkan adanya kemalasan akal budi. Orang seperti ini kehilangan otonomi dan otensitasnya dan dia bukan dirinya sendiri lagi.

I.17. Tertibkan dan awasi pikiran dan ketahuilah hukum-hukumnya.

Tiap hari kita diperintah oleh pikiran sendiri. Pengalaman menunjukkan bahwa kita sering tersesat oleh pikiran sendiri, maka pikiran perlu ditertibkan dan harus diawasi. Pikiran adalah benda kodrat maka juga berjalan menurut kodratnya. Dalam berfikir sehari-hari secara spontan ( Instinktif, natural ) kita mengikuti hukum-hukum yang secara alami memerintah. Bagi kebutuhan dasar manusia logika alami sudah mencukupi, tetapi tidak cukup jelas untuk menghindari kekeliruan. Serimg kali kita harus membuat pemikiran-pemikiran yang cukup sulit dan berliku-liku, sehingga sangat perlu untuk mengetahui hokum-hukum alam pikiran secara sadar., supaya mempunyai kepastian atas kebenaran proses berfikir kita dan pasti juga dalam mengambil kesimpulannya.

I.18. Logika yang disempurnakan diperoleh untuk mengantar ketujuan.

Selanjutnya walaupun pikiran sehat ( common sense ) selalu dituntut tetapi pada hakikatnya tidak selalu mencukupi, karena kita tidak hanya perlu untuk mencapai kebenaran tetapi juga harus menyingkirkan kesulitan yang melintang dijalan dan sanggup menjelaskan tentang kesesatan. Logika ( yang telah disempurnakan menurut ilmu pengetahuan ) diperlukanm untuk mempertajam jiwa dan menolong meluruskan kerja Intelek manusia dengan menyuruhnya mengikuti prinsip-prinsip dasar yang memerintah dengan secara sadar. Logika adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri pada tujuan dengan catatan tentunya bahwa logika tidak mengajarkan tentang kebenaran itu sendiri. Alloh itu bekerja sangat ilmiah, para sarjana hanya menemukan hal-hal yang sudah ada untuk kemudian dirangkai sebagai teori dan untuk menghasilkan hal-hal lain demi kepentingan umat manusia. Kian melibatkan diri dalam ilmu pengetahuan kian penting perlunya untuk menguasai logika, begitupun halnya untuk mengungkap rahasia dibalik firman-firman Alloh.

I.19. Prinsip Identitas dan Prinsip Pembatalan.

Bagi kita kiranya 2 ( dua  prinsip dasar pemikiran berikut ini sudah mencukupi.

1. Prinsip Identitas.

Prinsip ini merupakan dasar dari semua pemikiran, artinya :

benda ini adalah benda ini dan bukan benda yang lain,
suatu benda adalah benda itu sendiri.
Suatu benda adalah identik dengan dirinya sendiri.

Prinsip ini tidak membutuhkan pembuktian apapun. Dalam logika prinsip ini berarti bahwa : bila sesuatu diakui benar maka semua kesimpulan yang dapat ditarik dari padanya juga harus diakui kebenarannya. Jika seseorang sudah mengakui sesuatu hal dan kemudian memungkiri kesimpulan yang ditarik dari pengakuan tersebut, maka itu berarti menelan kembali pengakuannya. Orang tidak dapat bersama-sama mengakui dan memungkiri. Orang itu harus konskuen dan tidak boleh merubah-rubah pengakuan atau penolakannya semaunya. Jika tidak pikiran akan menjadi kacau.

2. Prinsip Pembatalan

Prinsip ini sebenarnya hanyalah rumusan negative (kebalikan ) dari prinsip yang pertama. Rumusan :

Ada bukanlah tidak ada.
Sesuatu yang ada tidak dapat dikatakan tidak ada.
Ada dan tidak ada tidak bisa disatukan, masing-masing saling mengeksklusivir ( berdiri sendiri-sendiri ).

I.20. Berfikir logis tetapi pangkal tolaknya salah.

Orang bisa  berfikir  logis, tetapi  kalau  pangkal tolaknya salah maka kesimpulan
yang diambilpun akan salah. Begitupun jika dalam menyusun data-data secara hierarkhis salah letak, ada data-data yang digelapkan/disembunyikan atau ada data-data yang tidak relevan termasuk didalamnya. Sering kali rapat-rapat berjalan secara bertele-tele karena mereka yang hadir tidak mempunyai pangkal tolak pemikiran yang sama. Andai kata dapat pula diambil suatu keputusan, hasilnya pasti tidak akan memuaskan semua pihak. Dasarnya hanya kompromi, keputusan diambil menurut suara terbanyak. Ini hanya berlkaklu sementara, sebab masing-masing akan berusaha  agar pendiriannya dapat diterima. Yang paling ideal adalah jika orang berangkat dengan pendirian yang sama sehingga keputusan yang diambil akan memuaskan semua pihak.

I.21. Biasakan membuat definisi.

Untuk menghindari hal-hal demikian itu kita harus membiasakan diri untuk membuat definisi atau batasan-batasan arti sejauh apa yang dilakukan. Mengerti definisi adalah hal yang sangat penting untuk berfikir dengan baik dan membuktikan pendidikan seseorang. Ada hal-hal yang sifatnya Intuitif yaitu konsep-konsep trasendental untuk mana kita tidak bisa membuat definisi, untuk itu kita hanya menguraikan saja.

I.22. Hasrat untuk mencari, menemukan dan menghayati kebenaran.

Supaya apa yang akan saya sampaikan kepada anda sebagai warga Panca Daya mencapai sasaran yang tepat yaitu dalam usaha untuk mewujudkan Citra Manusia Panca Daya yang identik dengan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila, maka kita harus berangkat dengan tekat yang sama yaitu berhasrat untuk mencari, menemukan dan menghayati kebenaran untuk kepentingan kita bersama. Dalam perkembangan duinia yang seperti kita alami sekarang ini hanya orang yang kekanak-kanakanlah yang berpendapat bahwa kebenaran pasti akan jaya sekedar hanya kebenaran. Kebenaran harus dibela, diperjuankan dan dibina. Kita juga harus mempunyai pola pemikiran yang sama, maka sejak semula saya tekankan agar kita jangan meninggalkan logika agar segala sesuatunya dapat dipertanggung jawabkan baik kepada sesama manusia maupun kepada Alloh kelak dikemudian hari.

I.23. Binalah jiwa yang kritis jangan terpengaruh dan jangan berprasangka.

Dalam agama tidak ada paksaan, tiap orang menghadap kepada Alloh sendirian saja untuk mempertanggung jawabkan segala perilakunya selagi hayat masih dikandung badan. Maka apapun yang akan saya sampaikan bukan untuk apriori dipercaya, tetapi dimaksudkan sebagai bahan untuk direnungkan sebaik-baiknya. Yang menentukan salah dan benar anda sendiri. Kalau dianggap benar syukurlah dan jika rasanya salah sisihkanlah, anda harus kritis. Sering dalam masyarakat kita, pribadi selalu terdorong untuk senantiasa menyamakan alam pikiran dan rasa/perasaannya dengan alam pikiran dan rasa/perasaan umum yang ada. Hal ini dapat membahayakan terbinanya jiwa yang kritis. Jangan sekali-kali ada prasangka sebab prasangka lebih kurang irasional sifatnya karena diterima / dipegang tanpa terlebih dahulu memeriksanya secara kritis. Prasangka adalah semacam pembutaan mental karena tidak memberi kesempatan akal budi ( intelek ) untuk melihat kebenarannya sebagaimana mestinya. Alloh berfirman :

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit ( syak ),
maka bertambah kotor diatas kotorannya serta meninggal dunia
didalam kekafirannya “
( At Taubah 125 ).

I.24. Definisi Kebenaran.

Kebenaran adalah sesuatu yang berada ditengah-tengah keadaan yang berubah-ubah, tetapi dia sendiri tidak berubah dari keadaan aslinya untuk selama-lamanya. Dia juga tidak merubah keadaan sekelilingnya, ditolak maupun diterima, dicela maupun dipuji Dia tetap dalam kebesaran yang ada padaNya. Dia tidak tergantung dari pendapat manusia. Firman Alloh :

“ Sesungguhnya Alloh tidak merubah yang ada pada suatu kaum ( diri seseorang ) kecuali jika mereka ( kaum/orang iru ) sendiri yang merubahnya “
( Ar Raddu 11 )

“ Alloh sekali-kali tidak merubah nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum ( diri seseorang ) melainkan jika mereka ( kaum/ orang itu )
merubah hal ikhwalnya sendiri “
( Al Anfal 53 )

I.25. Dua golongan manusia.

Didunia ini hanya terdapat dua golongan besar manusia yaitu yang mengerti dan yang tidak mengerti. Kenyataan mengerti disebut Makrifat, lawannya makrifat adalah Jahil. Kenyataan mengerti adalah merupakan hasil kerja intelek yang mengendap dihati untuk menerangi qolbu, sehingga dengan demikian seseorang tidak meraba-raba dalam gelap, tetapi dengan langkah yang pasti menempuh jalan yang menyampaikan kepada Tuhannya.

I.26. Iman yang benar adalah iman yang berbuah

Benar dan tidaknya yang akan anda serap dan hayati nanti dapat ditilik dari buahnya. Firman Alloh :

“  Tidak seorangpun itu beriman melainkan dengan ijin Alloh.
Dia menjadikan siksaan bagi orang-orang yang tidak memikirkannya “
( Yunus 100 )

Iman itu sifatnya Metarasiional. Kita tidak beriman pada sesuatu yang absurd (tidak-tidak/tahayul), tetapi pada sesuatu yang mungkin. Jika apa yang anda serap dan hayati nanti berbuah, itu menjadi  tanda bahwa iman anda betul dan amal anda diterima. Kalau amal anda sekarang juga sudah diterima maka kapanpun akan tetap diterima asal konsekuen dalam menjalani kebenaran dari Alloh. Iman yang tidak berbuah adalah sanma dengan jasmani tanpa Ruh.









































BAGIAN KEDUA

II.1. Hidup konvensional mengenal dengan membanding dan egoisme.

Dalam hidup yang konvensional orang mengenal sesuatu berdasarkan membanding. Sesuatu yang hendak dikenal pada waktu tertentu harus ditampilkan kedalam ruang dan waktu. Sementara itu terjadilah gerak dan gerak adalah pergeseran antara dua tempat. Pergeseran pada gilirannya menimbulkan jarak baik jarak waktu maupun tempat. Jarak lalu diukur dari tempat dimana diri berada. Kenyataan inilah yang melahirkan apa yang disebut Egoisme. Dalam segala hal kepentingan diri/golongan selalu ditonjolkan /diutamakan. Egoisme dalam ekonoimi ala barat dijadikan dasarnya. Dikatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah egoistis. Supaya terjadi persaingan yang sehat lalu diadfakan peraturan permainan/aturan main yang harus dipegang teguh oleh semua pihak. Persaingan dianggap perlu untuk mencapai kemajuan. Tetapi sering kali terjadi kecurangan karena perdagangan menunjukkan dengan jelas adanya unsure egoisme tersebut. Disini terjadi kontradiksi yang sering terjadi dalam hidup yang konvensional. Disatu pihak ingin terjadi persaingan yang sehat, tetapi dipihak lain ingin menjalankan monopoli walaupun ada kalanya terselubung.

II.2. Gantilah Egoisme dengan Altruisme.

Dengan mencari, menemukan dan menghayati kebenaran sifat-sifat yang terlampau egoistis itu lambat laun diharapkan dapat diganti dengan sifat Altruisme yaitu memperhatikan kepentingan keseluruhan dimana kepentingan diri sudah termasuk didalamnya. Untuk itu kita harus bisa tumbuh diatas hidup konvensional. Karena kita mengenal sesuatu berdasar membanding maka diperlukan sesuatu yang lain. Kalau seseorang itu hidup seorang diri saja, maka tidak mungkin dia dapat mengenal diri sendiri. Jika seseorang atau golongan orang hidup dengan mengeksklusivir diri dari golongan-golongan lain yang merealitas dalam masyarakat maka pandangan hidupnya akan menjadi sempit. Itu sama halnya dengan katak dalam tempurung sehingga yang dikenal hanya dunianya sendiri.

II.3. Hidup yang memisahkan diri berlawanan dengan Hukum Fundamental.

Untuk dapat membandingkan diperlukan adanya prinsip identitas, karena kesatuian dan persatuan adalah hokum fundamental dalam hidup, maka prinsip identitas diperlukan untuk membedakan dalam rangka study dan bukan untuk memisahkan. Maka hidup dengan memisahkan diri dari yang lain yang merealitas dalam masyarakat sungguh menyalahi hokum fundamental dalam hidup. Keadaan yang berbeda-beda dibutuhkan sebagai pewarnaan untuk membuat hidup manusia itu indah, enak dipandang dan menawan hati. Semua itu akan terasa sebagai karunia Alloh untuk mana kita wajib bersyukur. Jika manusia hidup dengan penuh tolerensi, hidup didunia ini tidak akan terasa seolah-olah berada dalam penjara, tetapi akan terasa membuat kita berada dalam taman dengan warna warni bunga yang indah, serasi dan penuh kenikmatan.

II.4. Perdamaian abadi tak akan tercapai dengan hukum angka-angka besar.

Karena kita mengenal sesuatu dengan cara membanding maka begitu seseorang dilahirkan didunia ini langsung dia melibatkan diri dengan angka-angka, maka ada hitungan dan perhitunan, ada timbangan dan pertimbangan, sehingga yang berlaku adalah hokum angka-angka besar, lalu pendapat umum lalu dijadikan pedoman untuk mengambil keputusan dan kekuatan disusun dengan mengandalkan jumlah yang banyak. Yang ideal adalah jika kita terdapat keseimbangan, maka perdamaian diusahakan agar terdapat kekuatan yang seimbang yang kemudian timbangan dijadikan lambang keadilan. Timbangan itu sesungguhnya labil dan selalu cenderung untuk memberat sebelah. Pada bagian pertama telah diutarakan bahwa keseimbangan sukar untuk diperoleh dan lebih sukar lagi adalah untuk memeliharanya. Damai yang abadi tidak bisa dicapai dengan cara demikian, ketakutan senantiasa menghantui segenap umat manusia. di kota-kota besar terdapat persaingan yang keras untuk dapat mempertahankan eksistensi hidup. Orang seolah-olah dikejar-kejar oleh waktu yang membuat syaraf tegang. Banyak orang yang mengalami stress bahkan tidak jarang yang dihingapi sakit mental/ sakit jiwa dengan sebab utama yang membuat stress adalah pikiran.

II.5. Berfikirlah dengan bahasa sendiri.

Pikiran dapat membahagiakan, tetapi dapat pula merusak hidup manusia, tidak ada perbuatan apapun yang tidak didahului oleh pikiran. Yang melihat dan mendenarpun adalah pikiran. Panca indera diperlukan sebaai pemberi informasi sedangkan yang menampung dan mengolah data-data serta menyimpulkan adalah pikiran. Berfikir adalah berkata-kata dalam hati, tidak mungkin kita berfikir tanpa menggunakan kata-kata dan bahasa adalah alat unruk study dan berkomunikasi. Untuk berfikir orang selalu menggunakan bahasa yang paling dikuasainya, begitupun sebaliknya dalam berdo’a. Alloh mengerti segala bahasa sedangkan manuisa tidak mengerti semua bahasa, maka untuk berkomunikasi kita harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh kedua belah pihak, begitupun untuk berdialok dengan Alloh dan lebih baik jika berdo’a dalam hati sehingga terjadi pembicaraan dari hati kehati tanpa orang lain mengetahuinya.

II.6. Urailah kalimat dalam mencari kebenaran.

Huruf, kata, sekelompok kata-kata yang disebut Term atau sebuah kalimat merupakan tanda-tanda untuk menandai sesuatu untuk perlu dimengerti. Untuk memahami sebuah kalimat sebaiknya dia dibagi-bagi dalam term-term tertentu, tiap term ditelaah artinya kemudian disusun dalam urutan hierarkhis yang tepat sehingga merupakan keutuhan yang mengungkapkan pikiran / jalan pikiran si pembuat kalimat. Suatu keutuhan itu terdiri dari bagian-bagian, maka dapat dibagi-bagi dan bukan untuk memisahkan, tetapi untuk membedakan dalam rangka usaha untuk menangkap arti / maknanya.  Mengurai kata-kata atau kalimat termasuk sarana penting dalam mencari dan menemukan kebenaran. Firman-firman Alloh dalam Al Qur’an itu ibarat biji yang masih berkulit, maka perlu dikupas untuk memiliki bijinya. Biji inilah yang harus ditanam kedalam hati / jiwa agar tumbuh dan berkembang untuk kemudian berbuah. Untuk mengerti kebenaran tiap sesuatu harus diselidiki secara analitis dan kritis.

II.7. Akal Murni.

Logika adalah ketrampilan untuk berfikir dalam urutan yang tepat, kemudian ada yang disebut akal murni ( rede ), yaitu kesanggupan/kemampuan  untuk berfikir yang korek/benar dalam mencari fakta yang telah teruji kebenarannya. Pelaku logika yang bertolak dari premise/dasar yang keliru dapat berfikir korek/benar tetapi kesimpulan yang diambil akan salah. Adapun intelek kiranya dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk berfikir yang logis. Pikiran itu harus benar-benar logis dan benar-benar tidak memihak serta berdasarkan fakta-fakta yan berlaku universal sehingga berlaku bagi siapa, apa dan bila dan dimana saja. Hanya pikiran yang seperti itulah yang patut disebut akal murni.

II.8. Lepaskan pandangan yang keliru.

Berjuang untuk mencapai dan menemukan kebenaran menuntut kesediaan untuk melepaskan pandangan-pandangan yang keliru untuk selanjutnya diganti dengan yang lebih baik jika yang keliru itu cukup dibuktikan oleh penemuan-penemuan yang datang kemudian. Ini bukanlah suatu hal yang mudah, kebanyakan orang menempuh jalan yang tidak banyak mengahadapi rintangan, mereka melalui jalan yang dilalui orang banyak tanpa memikirkan sendiri lebih jauh dan dalam tentang sampai atau tidaknya pada tujuan yang hendak dicapai. Alloh berfirman :

“ ( Dan ) Kami tunjukkan kepadanya dua buah jalan ( yang mudah dan yang susah ), tetapi manusia tidak mau menempuh kesulitan.
Tahukah kamu apakah kesulitan itu? Yaitu memerdekakan budak “
( Al Balad 10~13 )

Kita memilih jalan yang sempit artinya jalan yang tidak dilalui oleh kebanyakan orang dimuka bumi karena memang sukar dan memerlukan perjuangan :

Untuk mengerti azas dan tujuan hidup.
Untuk mengerti hubungan antara Kholiq dan makluk khususnya antara manusia dengan Tuhannya.

Ini merupakan perjuangan secara intelektual untuk mana dibutuhkan intelek yang melebihi pertengahan/rata-rata. Bagi kebanyakan orang hidup masih merupakan misteri (teka teki) itu berarti bahwa mereka masih meraba-raba dalam gelap, maka terdapat ayat Alloh yang berbunyi sebagai berikut :

“  Jika kamu menuruti kebanyakan orang dimuka bumi ini niscaya mereka (kebanyakan orang itu ) menyesatkan kamu dari jalan Alloh.
 Mereka tidak mengikuti selain dari sangkaan dan dugaan saja.
Dan tidaklah mereka itu (berbuat) selain mengira dan mendustakan “
( Al An’aam 115 )


Hidup adalah lanjutan dari segala sesuatu yang terjadi sebelumnya, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin sedangkan hari esuk harus lebih baik dari hari ini. Kemajuan termasuk hokum fundamental dalam hidup, maka selalu terjadi perubahan-perubahan yang mengiringi derap langkah Sang Waktu. Begitulah menurut hokum evolusi, sehari-harinya terdapat perubahan begitu cepatnya sehingga berhenti belajar dalam seaala hal berarti ketinggalan.

II.9. Ciri hidup.

Berbicara tentang manusia dengan sendirinya tidak dapat dipisahkan dari hal-hal mengenai hidup dengan segala seluk beluknya. Cirri hidup adalah gerak, gerak menunjukkan adanya daya, tiap-tiap daya yang ada didunia ini adalah daya gerak. Ada sebab gerak dan ada pula gerak tujuan, maka hidup juga mempunyai azas dan tujuannya dimana tujuan terakhir adalah Alloh. FirmanNya  : Sesungguhnya Tuhanmu adalah puncak seala tujuan. Penulis. Gerak bagi manusia adalah perbuatan, maka hidup dinyatakan sebagai mata rantai reaksi. Perbuatan adalah proses untuk menjadikan sesuatu yang telah dikonsep dalam pikiran. Kita harus melihat jauh kedepan dan membuat rencana, karena membuat rencana merupakan kewajiban dan keharusan bagi manusia.

II.10. Perjalanan hidup manusia adalah gerak maju.

Dahulu sebuah titik dinyatakan sebagai ruang tanpa ukuran sehinga tidak dapat memuat sesuatu. Kini telah diketahui bahwa ujung jarum setajam apapun merupakan dunia tersendiri, karena terdiri dari jutaan partikel yang selalu bergerak tanpa saling bersentuhan. Pada umumnya gerak dianggap sebagai cirri hidup. Karena kini telah diketahui bahwa apa yang disebut benda sesungguhnya adalah tempat yang memuat energi, maka anggapan bahwa gerak adalah cirri hidup tidak lagi memenuhi tuntutan zaman. Yang dahulu dianggap begitu sesungguhnya tidak begitu. Selalu terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya membangun kearah kesempurnaan. Perjalanan hidup manusia itu merupakan gerak maju sehingga berlabuh Di Hadratul Qudsi ( disisi Alloh ) diiatas hamparan kesenangan, tempat berbisik dan bermunajat, bercakap-cakap, musyahadah dan bertemu. Perjalanan ini tidak lain adalah peningkatan jiwa dan mempertinggi akhlak sehingga mencapai kondisi hidup yang paling mulia dimana seseorang dapat langsung berhubungan dengan Tuhannya.

II.11. Ciri hidup adalah pikiran.

Walaupun manusia terdiri dari rohani dan jasmani tetapi jiwalah yang menjadi inti dan sumber segala keiatan. Jiwa dibangun oleh pikiran. Siapa yang tidak mau berfikir harus menderita sehinga tiap tetes air mata merupakan pelajaran yang sangat berharga. Karena gerak tidak lagi berlaku sebagai cirri hidup maka kita harus dapat menemukan cirri hidup yang lebih tepat. Perhatikanlah hidup tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. mereka sama-sama hidup tetapi tingkatan hidupnya berbeda.Tingkat intelegensi manusia lebih tinggi dari tingkat intelegensia binatang, tingkat intelegensia orang yang terdidik adalah lebih tinggi dari tingkat intelegensi orang yang primitive, maka kiranya lebih cocok/tepat dan mendekati kebenaran jika dikatakan bahwa cirri hidup adalah pikiran. Orang yang tidak mau berfikir adalah sama dengan halnya dengan seorang yang buta dan tuli sedangkan ciri benda adalah bentuk.

II.12. Pikiran manusia itu bebas dari ruang dan waktu.

Hidup atau Ruh tidak mempunyai bentuk, maka tidak pula tergantung dari ruang dan waktu. Jadi bisa berada didunia maupun diakhirat. Pikiran sebagai cirri hidup atau ruhpun sesungguhnya tidak dibatasi oleh batok kepala  dan tiap saat bisa saja menjelajahi alam semesta. Tulisan ini saya buat di Depok, tetapi melalui tulisan ini pikiran saya sendiri juga berkunjung kepada anda ditempat masing-masing yang berada diperbagai pelosok wilayah. Pikiran saya dan pikiran anda sedang berdialoq, walaupun secara phisik kita masing-masing berada di tempat-tempat yang berbeda –beda dan waktu yan berlainan, kita berdialoq tanpa terikat oleh ruang dan waktu. Dimana tidak ada urutan waktu ( misalnya senin, selasa, rabu, kamis dst ) maka tidak mungkin ada hari kemudian dan waktu yang lampau. Kita akan berada di sekarang yang tiada batas  dan disini yang abadi. Ini adalah pengertian yang dapat mengatasi ruang dan waktu, kebalikannya apa yang disebut kongkrit itu menampakkan diri sebagai benda yang tergantung ruang dan waktu dan lingkaran serta keaneka ragaman yang terdapat didalamnya. Wawasan abstrak dan konkrit soal itu tergantung atau tidak, semuanya tergantung dari keadaan sekelilingnya. Yang absolute dan relative kedua-duanya menurut kenyataan saling menggenapi.

II.13. Jiwalah yang menjadi inti dan sumber segala kegiatan.

Kesalahan pada idealisme yang ekstrim terletak pada pengakuan terhadap apa yang absolute terpisah sama sekali dari yang relative. Kesalahan yang ada pada realisme yang ekstrim adalah hanya menaakui yang relative tanpa yang absolute. Yang pertama hanya mau melihat yang rohani tanpa jasmani, sedangkan yang kedua hanya melihat lahir tanpa mengakui adanya yang rohani, padahal sesungguhnya adalah bahwa rohani dan jasmani diperlukan untuk membentuk keberadaan yang substansial. Lahir dan bathin merupakan dua sisi dari hidup manusia, hanya dalam hal ini jiwalah yang menjadi inti dan sumber kegiatan.

II.14. Apa-apa yang mendominir pikiran itulah yang akan terjadi.

Mengingat akan hal itu, maka sesuatu kepercayaan akan mempengaruhi keadaan badan jasmani terutama dalam hal kesehatan, pemeliharaannya, pertumbuhan badan dan lain sebagainya. Pengertian yang benar tentang azas dan tujuan hidup dapat memperpanjang hidup, memperhalus  jiwa dan raga, perilaku  dan tata bahasanya. Orang yang percaya bahwa dirinya sedang sial yang selalu bersungut-sungut, berkeluh kesah, menggerutu dan lain sebagainya yang serupa tidak mungkin akan mengalami hidup yang cerah karena pikirannya selalu dalam keadaan keruh.

Apa yang mendominir pikiran itulah yang akan terjadi. Rasa sedih yang mendalam, penyesalan yang berlarut-larut dan takut yang mencekam sangat melemahkan badan, menggerogoti diri dari dalam sehingga mudah diserang oleh penyakit. Semua itu menunjukkan kelemahan iman dan kurang bersyukur kepada Alloh. Apa yang disebut penyesalan berkaitan dengan sesuatu yang telah terjadi diwaktu yang lampau. Bila hal itu dibiarkan berlarut-larut menguasai ingatan maka :

pertama akan menggerogoti kesehatan
kedua akan menggandoli untuk melangkah maju kearah terciptanya cita-cita .

Sebaiknya anggaplah hal itu sebagai pelajaran  tetapi peristiwa itu sendiri untuk selanjutnya lupakan saja untuk selama lamanya.

II.15. Jangan takut.

Takut berhubungan dengan sesuatu yang akan datang dan yang sebenarnya belum tentu akan terjadi untuk dialami dalam hidup. Takut membuat pikiran bekerja secara intensif kearah yang ditakuti. Walaupun orang berusaha untuk melupakannya tetapi apa yang ditakuti itu selalu kembali muncul dalam ingatan dan makin jelas tergambar dalam pikiran yang akhirnya benar-benar menjadi kenyataan. Firman Alloh :

“ Tiap-tiap ajal ( waktu ) itu berkitab yang sesuai dengan dia “
(Ar Ra’du 38)

II.16. Potensi hebat dalam diri.

Hendaknya  diketahui  bahwa  dalam  diri  manusia  tersembunyi   potensi   yang
hebat dan yang sanggup untuk menyelesaikan segala persoalan tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. Sesungguhnya potensi itu adalah milik Alloh, tetapi diserahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan dalam menjalankan amanat Alloh pada kehidupan sehari-hari. Tiap orang tanpa disadari sebenarnya menggunakan tenaga tersebut, tetapi karena tidak mengerti adanya dan fungsinya maka sifatnya lebih banyak merugikan dari pada menguntungkan.

Sekalipun yang dipergunakan alat pemberian Alloh orang merasa berbuat atas kemampuan dan kesanggupannya sendiri karena tidak mengerti, maka sering disebut dalam Al Qur’an bahwa banyak manusia yang tidak bersyukur kepada Alloh. Keadaan diri manusia itu sesungguhnya mempunyai persamaan dengan computer, bahkan disadari atau tidak adanya computer adalah meniru keadaan diri manusia. apa yang keluar selaku keputusan tergantung dari data-data yang dimasukkan yaitu apa yang terbentik dalam pikiran.

II.17. Cara memecahkan problema.

Jika anda menghadapi suatu problem gunakanlah pikiran anda untuk menemukan data-datanya. Ambillah secarik kertas dan tulislah data-data dalam urutan urgensi yang tepat. Ulangilah sampai tiga atau empat kali dan coretlah data-data yang sekiranya dapat ditiadakan karena kurang penting. dari deretan data-data yang tadinya cukup panjang akhirnya hanya tinggal inti-intinya saja. Lelapkanlah hal itu kedalam diri untuk digodok/diolah dalam computer anda. Syarat mutlak adalah jangan memikirkan lagi hal itu. Jika anda masih mempunyai tugas yang lain selesaikanlah yang lain itu. Anda akan dapat tidur dengan nyenyak untuk memulihkan tenaga, nanti setelah bangun dari tidur mungkin selagi anda sedang duduk  santai dengan keluarga sambil menikmati secangkir teh.

Jika terbentik dalam pikiran anda yang menyangkut problem anda diatas, lakukanlah hal itu. Yang timbul untuk pertama kali dalam pikiran biasanya merupakan petunjuk dan selanjutnya terserah keijaksanaan anda dalam melakukannya, namun intinya jangan dirubah. Dengan demikian anda akan mendapat penyelesaian yang tepat dan dapat menghemat tenaga pikiran anda.

II.18. Gantilah takut dengan kasih.

Ciri takut adalah menjauhkan diri dari yang ditakuti, cirri kasih adalah mendekatkan diri kepada yang dikasihi dan tidak mengharapkan sesuatu dari padanya. Tidak mungkin dapat dibayangkan adanya suatu keEsaan tanpa adanya Kasih. MengEsakan Alloh berarti hidup dengan saling mengasihi sehingga terdapat kesatuan dan persatuan, kerukunan, kedamaian dan keamanan dalam hidup bermasyarakat. Mengerti akan cirri-ciri takut dan kasih maka takut kepada Alloh seperti yang kita dengar hendaknya diganti oleh rasa Kasih kepadaNya. Alloh menjadikan tiap sesuatu berdasarkan kasih maka dengan saling menasihati antara sesama berarti melibatkan Alloh dalam segala perbuatan sehingga dapat terjamin sukses dalam hidup.



Depok , Maret & April 1987

Share this video :

0 komentar:

Posting Komentar